Sabtu, 22 Oktober 2016


Pungli, korupsi dan suap yang terjadi di semua negara di seluruh dunia ini tidak dapat dihentikan melalui pendidikan moral, kotbah-kotbah keagamaan maupun lewat jalur pengadilan.
Setiap orang akan menciptakan, membangun dan mengembangkan kejahatannya masing-masing sesuai dengan kemampuan, kekuasaan dan keberaniannya tanpa peduli dengan ancaman hukuman.

Ada 6  jenis kejahatan besar yang tidak dapat dikendalikan oleh kekuasaan kekuatan manusia. 1. Kejahatan politik ( kudeta, kecurangan pemilu, kejahatan perang, dll ). 2 Kejahatan religius ( mengadili wahyu Tuhan, menjual ayat-ayat kitab suci, menggelapkan persembahan, kejahatan dengan dalih agama ). 3. Kejahatan pelacuran ( prostitusi, pemerkosaan, perselingkuhan, kawin bawah tangan-kawin siri. dll ) 4. Kejahatan perjudian. 5. Kejahatan industri kimia dan farmasi ( penyalahgunaan obat, pemalsuan obat, memanfaatkan kelemahan orang sakit, dll ). 6. Kejahatan ekonomi,  keuangan dan per bank an ( pengemplangan, korupsi, pungli dll ).

Jangan memindah-mindahkan dosa, mengalihkan, menyembunyikan atau menciptakan kejahatan yang orang lain / negara tidak dapat menuntut karena Anda berkuasa, lebih pandai, lebih berpengalaman atau karena nekad. Jngan menyuap Tuhan dengan korban persembahan hasil dari kejahatan, jangan mengelabuhi Tuhan dengan gelar-gelar atau pakaian keagamaan, dan jangan mengakali Tuhan dengan doa yang indah dan bertele-tele. Jangan menganggap Tuhan itu gila hormat yang mudah jatuh hati serta memberi pengampunan karena disanjung dipuja-puja, mulutnya menyebut nama kebesaran Tuhan tetapi tindakannya melakukan kejahatan serta menebarkan permusuhan. Berbaktilah kepada Tuhan dengan sepenuh rasa hormat dan jujur : jujur pikiran, jujur yang bicara dan yang mendengar, jujur yang melihat dan yang dilihat, jujur hati nuraninya, jujur kelamin seksualnya, jujur kaki tangannya ( yang memberi dan yang diberi ).

Jika berbohong dibenarkan, landasan hukum positif diseluruh dunia ini hancur. Dalam banyak kasus kebohongan itu tidak dapat dituntut secara hukum. Apalagi kalau yang berbohong itu lebih berkuasa, lebih pandai dan lebih berpengalaman meskipun kebohongannya senilai dengan pencurian, perampokan bahkan menghilangkan nyawa orang lain (pembunuhan berencana / peperangan ). Untuk mengatasi kelicikan manusia terhadap berbagai kejahatan melalui kebohongan, Tuhan mengeluarkan perintah " Jangan bersaksi dusta terhadap sesamamu ". Undang-undang Tuhan ini membuktikan bahwa Tuhan lebih pandai dan lebih cerdas daripada manusia.

Orang jujur tidak membutuhkan pengacara karena dari mulutnya sendiri dapat mengakatakan kebenaran
Hakim yang jujur tidak membutuhkan saksi, bahkan selembar bukti untuk memastikan jatuhnya hukuman terhadap terdakwa. Demikian juga Tuhan tidak membutuhkan saksi maupun bukti untuk menjatuhkan hukuman seseorang menuju neraka.

Karena itu: Jangan meletakkan Kitab Suci diatas kepala seseorang untuk mengucapkan sumpah jabatan, sumpah kemiskinan ( pastor suster, biarawan-biarawati, sumpah janji / saksi di pengadilan, perkawinan, dll ) seolah-olah mengundang Tuhan untuk menjadi saksi jika orang yang mengucapkan sumpah itu tidak akan  memegang komitmen kejujuran terhadap isi sumpah itu sendiri. Karena orang yang meletakkan Kitab Suci diatas kepala seseorang sama artinya menjerumuskan, menyesatkan dan membebankan kebohongan kepada orang yang mengucpkan sumpah, sedang dirinya sendiri juga bukan orang jujur.

Hanya ada satu Tuhan pencipta alam semesta dan satu sorga. Kita semua adalah saudara. Seseorang tidak dapat menipu Tuhan untuk bisa masuk ke sorga. Marilah kita hidup jujur sambil menjunjung kedamaian dan toleransi..

Apakah orang buta dapat melihat matahari jika Tuhan mengubah waktunya terbit pada waktu malam. Dapatkah seseorang melihat kebenaran Tuhan jika mata hatinya membutakan diri terhadap kebenaran karena ia mengejar keinginan dan kebahagiaannya sendiri yang telah hilang.